Selasa, 27 Desember 2011

Tugas Makalah Psikologi Umum (Perasaan dan Emosi)


PERASAAN DAN EMOSI
MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok  pada Mata Kuliah
Psikologi Umum”





 Disusun oleh Kelompok 7 :
Muhammad Yusuf
Ahmad Khusaeri
Umi Ulfah
Anggi Oktaviani
St. Aisah

 PAI-A / III
FAKULTAS TARBIYAH DAN ADAB
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN
TAHUN 2011/1433 H

PERASAAN DAN EMOSI
A.    Pendahuluan
      Secara factual, bahwasannya di dalam emosi terkandung perasaan yang di miliki oleh setiap orang. Oleh karena itu pembicaraan tentang emosi dan perasaan tidak pernah lepas dari unsur manusia. Dari beberapa pendapat tentang emosi dan perasaan yang di kemukakan oleh para ahli pada umumnya sepakat bahwa perasaan itu di artikan sebagai keadaan yang di rasakan sedang terjadi dalam diri seseorang dan sedangkan emosi terjadi hanya ketika seseorang merasakan sesuatu terjadi dalam dirinya.
      Pada dasarnya emosi dan perasaan itu keduanya relative sama. Perasaan yang diartikan emosi adalah perasaan yang tidak terkait dengan yang dirasakan fisik. Sedangkan menurut seorang peneliti emosi dari Australia National University, yakni, Anna Wierzbicka, tidak semua budaya memiliki kata untuk emosi sebagaimana yang di konsepkan dalam bahasa Inggris sedangkan kata yang bermakna perasaan (feeling) ada dalam semua bahasa. Menurutnya, kata emosi lebih disukai karena kesannya lebih objektif dan lebih ilmiah dari pada kata perasaan. Oleh sebab itu kata emosi lebih luas digunakan dalam dunia ilmu pengetahuan.

  B. Pengertian Perasaan
Perasaan biasanya didefinisikan sebagai gejala psikis yang bersifat subyektif yang umumnya berhubungan  dengan gejala-gejala mengenal, dan dialami dalam kualitas senang atau tidak senang dalam berbagai taraf.
Berlainan  dengan berfikir, maka perasaan itu bersifat subyektif, banyak dipengaruhi oleh keadaan diri seseorang. Perasaan umumnya bersangkutan dengan fungsi mengenal artinya perasaan dapat timbul karena mengamati, menanggap, menghayalkan, mengingat-ingat, atau memikirkan sesuatu. Kendati pun demikian perasaan bukanlah hanya sekedar  gejala tambahan daripada fungsi pengenalan saja, melainkan adalah fungsi tersendiri.[1]

C. Macam-Macam Perasaan
Bigot telah memberikan ikhtisar mengenai macam-macam perasaan itu yang kiranya sangat berguna sebagai rangka pembicaraan.  Adapun  ikhtisar tersebut adalah  sebagai berikut :
a.       Perasaan-perasaan jasmaniah (rendah)
1)      Perasaan-perasaan indriah, yaitu perasaan-perasaan yang berhubungan dengan perangsangan terhadap pancaindera seperti misalnya, sedap, manis, asin, pahit, panas dan sebagainya.
2)      Perasaan vital, yaitu perasaan-perasaan yang berhubungan dengan keadaan jasmani  pada umumnya, seperti misalnya perasaan-perasaan segar, letih, sehat, lemah, tak berdaya, dan sebagainnya.
b.      Perasaan -perasaan rohaniah :
1)      Perasaan intelektual
Perasaan intelektual ialah perasaan yang bersangkutan dengan kesanggupan intelek (pikiran) dalam menyelesaikan problem-problem yang dihadapi. Misalnya rasa senang yang dialami oleh seseorang yang dapat menyelesaikan soal ujian (perasaan intelektual positif), atau perasaan kecewa yang dialami oleh seseorang yang sama sekali tak dapat ang mengerjakan soal ujian.
2)      Perasaan kesusilaan
Perasaan kesusilaan atau disebut juga perasaan etis ialah perasaan tentang baik buruk. Perasaan kesusilaan itu ada dua macam, yaitu positif dan negatif. Perasaan kesusilaan yang positif misalnya dialami sebagai rasa puas kalau orang telah melakukan hal yang baik, dan yang negatif misalnya dialami sebagai rasa menyesal  kalau orang telah melakukan hal yang tidak baik.
3)      Perasaan keindahan
Perasaan keindahan yaitu perasaan yang menyertai atau yang timbul karena seseorang menghayati sesuatu yang indah atau tidak indah.
4)      Perasaan sosial
Perasaan sosial ialah perasaan yang mengikatkan individu dengan sesama manusia, perasaan hidup bermasyarakat dengan sesama manusia untuk saling bergaul, saling tolong menolong, memberi dan menerima simpati dan antipati, rasa setia kawan,dan sebagainya.
5)      Perasaan harga diri
Perasaan harga diri ini dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu perasaan harga diri yang positif dan perasaan harga diri yang negatif. Perasaan harga diri yang positif misalnya perasaan puas, senang, gembira, bangga. Sedangkan perasaan harga diri negatif misalnya perasaan kecewa, tak senang, tak berdaya, kalau seseorang mendapat celaan, dimarahi, mendapatkan hukuman dan sebagainya.
6)      Perasaan keagamaan
Perasaan keagamaan yaitu perasaan yang bersangkut paut dengan kepercayaan seseorang tentang adanya Yang Maha Kuasa seperti misalnya rasa kagum akan kebesaran Tuhan, rasa syukur setelah lepas dari marabahaya secara ajaib, dan sebagainya.[2]

D. Pengertian Emosi
            Menurut English and English, emosi adalah “A complex feeling state accompained by characteristic motor and glandular activies “ (suatu keadaan yang kompleks yang disertai karakteristik kegiatan kelenjar dan motoris). Sedangkan Sarlito Wirawan Sarwono berpendapat bahwa emosi merupakan “ setiap keadaan  pada diri seseorang yang disertai warna afektif baik pada tingkatan lemah   (dangkal) maupun pada tingkatan yang luas (mendalam)[3]

E. Macam-Macam Emosi
Atas dasar arah aktivitasnya, tingkah laku emosional dapat dibagi menjadi empat  macam, yaitu (1) marah, orang bergerak menentang sumber frustasi; (2) takut, orang bergerak meninggalkan sumber frustasi; (3) cinta, orang bergerak menuju sumber kemenangan; (4) depresi, orang menghentikan respon-respon terbukanya dan  mengalihkan emosi ke dalam dirinya sendiri.
Dari hasil penelitiannya, John B. Watson menemukan bahwa tiga dari keempat emosional tersebut terdapat pada anak-anak, yaitu : takut, marah dan cinta.
1.      Takut
      Pada dasarnya, rasa takut itu bermacam-macam. Ada yang timbul karena seorang anak kecil memang ditakut-takuti atau karena berlakunya berbagai pantangan di rumah. Misalnya saja, rasa takut akan tempat gelap, takut berada di tempat sepi tanpa teman, atau takut menghadapi hal-hal asing yang tidak di kenal. Kengerian-kengerian ini relatif lebih banyak diderita oleh anak-anak daripada orang dewasa. Karena, sebagai insan yang masih muda, tentu saja daya tahan anak-anak belum kuat.[4]
      Jika dilihat dari secara objektif, bisa dikatakan bahwa rasa takut selain mempunyai segi-segi  negatif, yaitu bersifat menggelorakan dan menimbulkan perasaan-perasaanan gejala tubuh yang menegangkan, juga ada segi positifnya.
      Ada beberapa cara untuk mengatasi rasa takut pada anak. Pertama, ciptakanlah suasana kekeluargaan/lingkungan sosial mampu menghadirkan rasa keamanan dan rasa kasih sayang. Kedua, berilah penghargaan terhadap usaha-usaha anak dan pujilah bila perlu. Ketiga, tanamkanlah pada anak bahwa ada kewajiban sosial yang perlu ditaati. Keempat, tumbuhkanlah pada diri anak kepercayaan serta keberanian untuk hidup; jauhkanlah ejekan dan celaan.
2.      Marah
            Pada umumnya, luapan kemarahan lebih sering terlihat pada anak kecil ketimbang rasa takut. Bentuk-bentuk kemarahan yang banyak kita hadapi adalah pada anak yang berumur 4 tahun. Pada anak-anak yang masih kecil, kemarahan bisa ditimbulkan oleh adanya pengekangan yang dipaksakan, gangguan pada gerak-geriknya, hambatan pada kegiatan-kegiatan yang sedang dilakukan, oleh segala sesuatu yang menghalang-halangi keinginan seorang anak.
Dalam sebuah studi yang dilakukan Goodenough, terdapat cukup bukti yang memperlihatkan bahwa anak-anak lebih mudah menjadi marah apabila pada malam sebelumnya mereka tidak cukup beristirahat.
Navaco pula mengemukakan bahwa amarah  “bisa dipahami sebagai reaksi tekanan perasaan”
3.      Cinta
      Apakah cinta ? sesungguhnya betapa sulitnya kita menjelaskan kata yang satu ini. Sama halnya ketika kita harus mendefinisikan ihwal kebahagiaan. Penyair Mesir, Syauqi Bey, melukiskan “cinta” dlam sebuah sajaknya :
Apakah cinta ?
   Mulanya berpandangan mata,
       lantas saling senyum,
          kata berbalas kata,
              dan memadu janji,
       akhirnya bertemu.
Namun, yang digambarkan Syauqi Bey di atas adalah cinta romantis, yaitu cinta waktu pacaran yang kadang-kadang berakhir putus setelah puas bertemu dalam memadu cinta, tidak sampai meningkat ke jenjang pernikahan.
Dalam bukunya The Art of Loving (Seni Mencinta), Erich Fromm sedemikian jauh telah berbicara tentang cinta sebagai alat mengatasi keterpisahaan manusia, sebagai pemenuh kerinduan akan kesatuan. Akan tetapi, di atas kebutuhan eksitensi dan menyeluruh itu, timbul suatu kebutuhan biologis, yang lebih spesifik yaitu keinginan untuk menyatu antara kutub-kutub jantan dan betina. Ide pengutuban ini diungkapkan dengan paling mencolok dalam mitos bahwa pada mulanya laki-laki dan wanita adalah satu, kemudian mereka dipisahkan menjadi setengah-setengah, dan sejak itu sampai seterusnya, setiap lelaki terus mencari belahan wanita yang hilang dari dirinya untuk bersatu kembali dengannya.[5]

F. Ekspresi dan Emosi
Apakah ekspresi itu ? Wullur melukiskan ekspresi sebagai “pernyataan batin seseorang dengan cara berkata, bernyanyi, bergerak, dengan catatan bahwa ekspresi itu selalu tumbuh karena dorongan akan menjelmakan perasaan atau buah pikiran”.
Selanjutnya,  ekspresi itu dapat mengembangkan sifat kreativitas seseorang; dan jika anak sanggup beraktivitas secara kreatif, barulah mereka dapat belajar secara sungguh-sungguh.
Ekspresi,  menurut  Wullur, juga bersifat membersihkan, membereskan (katarsi). Karena itu, ekspresi dapat mencegah timbulnya kejadian-kejadian yang tidak diberi kesempatan untuk menjelmakan perasaannya dan menghadapi perasaannya. Tanpa ekspresi, bahan yang terpendam itu sangat alah membahayakan. Dan terkadang bisa menjadi “letusan kecil”,  misalnya mengamuk, bahkan membunuh. “Letusan” yang lebih besar lagi adalah terjadinya letusan revolusi suatu bangsa yang bertahun-tahun atau berabad-abad tertindas.
Dalam kaitannya dengan emosi, kita dapat membagi ekspresi emosional (emotional exspression) dalam tiga macam, yakni:
(1).Startle Response atau reaksi terkejut
(2). Ekspresi wajah dan suara
(3). Sikap dan gerak tubuh (posture and gesture)
Ekspresi wajah yang menyertai emosi jelas berfungsi mengomunikasikan emosi tersebut. Menurut Atkison, sejak publikasi buku klasik Charles Darwin pada tahun 1872, The Expression of Emotion in Man and Animals, para ahli psikologi bahwa menganggap komunikasi emosi memiliki fungsi penting, yang memiliki kelangsungan hidup bagi spesies.

G. Hubungan antara Perasaan dan Emosi
Menurut  pandangan Dirgagunarsa, perasaan (feeling) mempunyai dua arti. Ditinjau secara fisiologis, perasaan berarti pengindraan, sehingga merupakan salah satu fungsi tubuh untuk mengadakan kontak  dengan dunia luar. Dalam arti psikologis, perasaan mempunyai fungsi menilai, yaitu penilaian terhadap suatu hal. Makna penilaian ini tampak, misalnya, dalam ungkapan berikut: “Saya rasa nanti sore akan  hujan”. Ungkapan itu berarti bahwa menurut penilaian saya, nanti sore hari akan hujan.
Di lain pihak, emosi mempunyai arti yang agak berbeda. Di dalam pengertian emosi sudah terkandung unsur perasaan yang mendalam (intese). Perkataan emosi sendiri berasal dari perkataan “emotus” atau “emovere” yang artinya mencerca (to stir up), yaitu sesuatu yang mendorong terhadap sesuatu.[6]

H. Perbedaan antara Perasaan dan Emosi
Perbedaan antara perasaan dan emosi tidak dapat dinyatakan dengan tegas, karena keduanya merupakan suatu kelangsungan kualitas yang tidak jelas batasnya. Pada suatu saat tertentu, suatu warna efektif dapat dikatakan sebagai perasaan, tetati juga dikatakan sebagai emosi. Oleh karena itu, yang dimaksudkan dengan emosi di sini bukan terbatas pada pada emosi atau perasaan saja, tetapi meliputi setiap keadaan pada setiap diri seseorang yang disertai dengan warna efektif, baik pada tingkat yang lemah (dangkal) maupun pada tingkat yang kuat (mendalam).[7]
I. Kesimpulan
Berlainan  dengan berfikir, maka perasaan itu bersifat subyektif, banyak dipengaruhi oleh keadaan diri seseorang. Perasaan umumnya bersangkutan dengan fungsi mengenal artinya perasaan dapat timbul karena mengamati, menanggap, menghayalkan, mengingat-ingat, atau memikirkan sesuatu. Kendati pun demikian perasaan bukanlah hanya sekedar  gejala tambahan daripada fungsi pengenalan saja, melainkan adalah fungsi tersendiri.
Adapun macam-macam perasaan tersebut diantaranya yaitu;
a)      Perasaan-perasaan jasmaniah (rendah)
1)      Perasaan-perasaan indriah
2)      Perasaan vital
b)      Perasaan -perasaan rohaniah
1)      Perasaan keagamaan
2)      Perasaan intelektual
3)      Perasaan kesusilaan
4)      Perasaan keindahan
5)      Perasaan sosial
6)      Perasaan harga diri
Emosi adalah suatu keadaan yang komplek yang disertai karakteristik kegiatan kelenjar yang motoris.  Dan perasaan didefinisikan sebagai gejala psikis yang bersifat subyektif yang umumnya berhubungan dengan gejala-gejala mengenal, dan dialami dalam kualitas senang atau tidak senang dalam berbagai taraf. Atas dasar arah aktivitasnya, tingkah laku emosional dapat dibagi menjadi empat  macam, yaitu; marah, takut, cinta dan depresi.
Dalam kaitannya dengan emosi, kita dapat membagi ekspresi emosional (emotional exspression) dalam tiga macam, yakni:
(1).Startle Response atau reaksi terkejut
(2). Ekspresi wajah dan suara
(3). Sikap dan gerak tubuh (posture and gesture)
DAFTAR PUSTAKA
Fauzi Ahmad, Psikologi Umum, Bandung: Pustaka Setia, 2004.
Sobur Alex, Psikologi Umum, Bandung: Pustaka Setia, 2003.
Suryabrata Sumadi, Psikologi Pendidikan, Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 1998.
Yusuf Syamsu, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung: PT Remaja Rosda Karya , 2006.



[1] Sumadi Suryabrata. Psikologi Pendidikan. (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada. 1998) h. 66
[2]  Sumadi Suryabrata, ibid 66-69.
[3] Syamsu Yusuf. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja (Bandung: PT Remaja Rosda Karya. 2006) h. 114-115.
[4] Alex Sobur. Psikologi Umum (Bandung: Pustaka Setia. 2003) h. 114-115
[5] Alex Sobur, Ibid, h. 410-419.
[6]  Alex Sobur,. Ibid, h. 424-427.
[7]  Ahmad Fauzi. Psikologi umum. (Bandung: Pustaka Setia. 2004). h. 54.


Rabu, 14 Desember 2011

Pembahasan Mengenai kompetensi guru profesional


BAB II
PEMBAHASAN

A.     Kompetensi Guru  Profesional
1.    Pengertian Guru
                        sebelum kita mengetahui kompetensi guru, maka haruslah kita tahu terlebih dahulu pengertian seorang guru. Maka pada pengertian ini banyak para ahli yang mendefinisikan pengertian guru tersenut, diantaranya adalah sebagai berikut :
                        Menurut Azyumardi Azra guru adalah orang yang berilmu arif dan bijaksana dan sebagai fungsionaris pendidikan yang bertugas mengajar atas dasar kualifikasi keilmuan dan akademis tertentu yang memperolah imbalan dari negara atau pihak pengelola pendidikan[1]
                        M. Yunus, mengungkapkan bahwa guru sebagai perantara menyampaikan ilmu pengetahuan serta memilih ilmu yang disampaikan kepada murid sesuai dengan kemampuan anak dan bertugas mambantu siswa memahami pelajaran sesuai dengan kemampuannya
                        Menurut pandangan tradisional, guru adalah seorang yang berdiri di depan kelas untuk menyampaikan ilmu pengetahuan. Sedangkan menurut undang-undang sistem pendidikan nasional tentang pengajar adalah tenaga pendidik yang khusus dengan tugas  mengajar yang pada jenjang pendidikan dasar dan menengah disebut guru dan pada jenjang pendidikan tinggi disebut dosen (Pasal 27 Ayat 3 No 2/1989)[2]
                        Jadi, dari pengeretian di atas, dapatlah di ambil pengertian bahwa pengertian guru adalah sebagai fasilitator yang membimbing dan mengarahkan peserta didik dengan kemampuan yang ahli dan profesional agar dapat arahan dan bimbingan yang baik  bagi kepribadian anak didik, sesuai dengan kata Tutwuri Handayani, yaitu cara pembelajaran dimana seorang guru memberikan kesempatan kepada para murid unutk berjlan sendiri, sedangkan guru berada di balik tirai pembelajaran.
2.      Kompetensi Guru
                        Menurut Tabrani Rusyan dkk, terdapat berbagai masalah sehubungan dengan strategi belajar mengajar yang secara keseluruhan di klasifikasikan sebagai berikut :
a.       Konsep Dasar Pengajaran
        Sebelum seorang guru dapat memiliki kompetensi pengajaran, maka yag harus di siapkan adalah konsep dasar pengajaran itu sendiri, bahkan dapat di katakan bahwa konsep dasar pengajaran ini adalah sebagai modal utama untuk memiliki kompetensi guru dengan intelektual yang tinggi.
        Adapun konsep dasar mengajar agar memiliki kompetensi, maka dapat di klasifikasikan sebagai berikut :
Ø  Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku
Ø  Menetukan pilihan yang berkenaan dengan pendekatan terhadap masalah belajar mengajar
Ø  Memilih prosedur yang baik dan dapat di terapkan dalam teknik belajar mengajar
Ø  Menmerapkan norma dan kriteria keberhasilan kegiatan belajar mengajar
b.      Sasaran Kegiatan Belajar Mengajar
        Pandangan hidup seorang guru dan para peserta didik akan turut mewarnai berkenaan dengan gambaran karakteristik sasaran manusia idaman. Konsekuensinya akan mempengaruhi juga kebijakan tentang perencanaan, pengorganisasian, serta penilaian terhadap kegiatan belajar menagajar.
        Hal ini lebih berpacu kepada cara penyampaian seorang pengajar kepada peserta didik, dan hal ini juga di gantungkan kepada masing-masing pengajar untuk melakukan teknik belajar mengajar , mka terlebih dahulu pengajar harus mengetahui karakteristik para peserta didik dengan tujuan untuk melakukan konsep sasaran kegiatan belajlar mengajar.
c.       Memilih Sistem Belajar
Guru haruslah memilih sistem belajar mengajar yang baik yang  di sukai para peserta didik, dan menurut para ahli teori ada dua sistem yang sekarang ini menarik perhatian, yaitu :
Ø  Enquery – Discovery Learning
Adalah belaljar mencari dan menemukan sendiri. Dalamkkonsep ini guru tidaklah harus menyediakan pelajaran dalam bentuk yang final, akan tetapi anak didik di berikan peluang untuk berjalan sendiri untuk mencari dan menemukan sendiri dengan menggunkan teknik pendekatan pemecahan masalah, misalnya dengan memberikan para peserta didik untuk mengidentifikasi berbagai masalah, para peserta didik di berikan kesempatan untuk mengumpulkan referensi yang relevan, guru bertanya atau menyimak suatu permasalahan yang akan di pecahkan dengan membaca atau mendengarkan, anak didik di haruskan menarik kesimpulan atau generalisasi tertenetu, dan lain sebagainya.
Ø  Ekspository Learning
Dalam sistem ini guru menyajkan bentuk yang telah di persiapkan sescara rapi, sisitematis dan lengkap, sehingga anak didik tinggal menyimak dan mencernanya saja secara tertib dan teratur, secara garis besar prosedur ini adalah sebagai berikut :
·         Preparasi. Guru mempersiapkan selengkapnya bahan selengkapnya secara sisitematis dan teratur.
·         Apersepsi. Guru bertanya atau memberikan uraian singkat unutk  mengarahkan perhatian anak didik kepada materi yang akan di ajarkan.
·         Presentasi. Guru memberikan bahan denan cara ceramah atau menyuruh anak didik membacabahan yang telah di siapkan dari buku teks tertentuatau yang di tulis guru sendiri.
·         Resitase. Gurru bertnya dan anak didik menjawab sesuai dengan bahan yang di pelajari, atau anak didik di suruh menyatakan kembali dengan kata-kata sendidri tentang pokok-pokok masalah yang telah di pelajari, baik yang di pelajari secara lisan atau pun yang di pelajari secara tulisan.[3]

3.      Pengertian Profesional
        Denim menjelaskan profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang.
        Profesi juga diartikan suatu jembatan atau pekerjaan tertentu yang mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan khusus yang diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif.[4]
        Profesi diartikan suatu pekerjaan yang mensyaratkan persiapan sepesialisasi akademik dalam waktu yang relatif lama diperguruan tinggi, baik dalam bidang sosial, eksakta maupun seni dan pekerjaan itu lebih bersifat intelektual dari pada fisik manual yang dalam mekanisme kerjanya dikuasai oleh kode etik. Profesional mengacu kepada sifat khusus yang harus ditampilkan oleh orang yang memegang profesi itu. Sedang profesionalisasi diartikan sebagai suatu proses perubahan secara individual maupun kelompok atau kombinasinya menuju kemampuan profesional tertentu.[5]
        Jadi, profesi adalah suatu pekerjaan atau jabatan yang keahlian tertentu artinya suatu pekerjaan atau jabatan yang disebut profesi tidak dapat dipegang oleh sembarang orang, tetapi memerlukan persiapan melalui pendidikan dan pelatihan secara khusus. Guru sebagai profesi berarti guru sebagai pekerja yang mensyaratkan kompetensi dalam pendidikan dan pembelajaran agar dapat melaksanakan pekerjaan tersebut secara efektif dan efesien serta berhasil guna.
        Sedangkan Rachman Natawidjaja mengemukakan beberapa kriteria sebagai ciri suatu profesi :
1.       Ada standar untuk kerja yang baku dan jelas
2.       Ada lembaga pendidikan khusus yang menghasilkan pelakunya dengan program dan jenjang pendidikan yang baku serta memiliki standar akademik yang memadai dan bertanggung jawab
3.      Ada etika dan kode etik yang mengatur prilaku para pelakunya dalam memperlakukan kliennya.
4.      Ada pengakuan masyarakat terhadap pekerjaan itu sebagai suatu profesi[6]
Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, mahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.[7]
Jadi dapat kita pahami bahwa guru profesional adalah guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Kompetensi disini meliputi pengetahuan, sikap dan ketermpilan profesional baik yang bersifat pribadi, sosial maupun akademis. Artinya guru profesional itu harus memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Guru profesional adalah guru yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya dibidangnya.
D. Karakteristik Guru Profesional
Guru merupakan ujung tombak maju mundurnya dunia pendidikan, karena guru secara langsung menggeluti dunia pendidikan secara praktis dilapangan. Terutama berkaitan dengan pembelajaran sekaligus berinteraksi dengan kemajuan pembelajaran para siswa dalam menyampaikan materi pelajaran, untuk mencapai tujuan pembelajaran, maka guru harus memiliki Berbagai karakteristik guru profesional, karakteristik guru profesional diantaranya :
1.         Memiliki Kompetensi Pendidikan
2.         Menunaikan Peranannya
3.         Memiliki Kepribadian yang Luhur
4.         Membantu siswa dalam menimbulkan sikap positif
5.         Memahami hambatan pendidikan[8]
Upaya meningkatkan pemahaman tentang karakteristik guru profesional, maka diuraikan secara menyeluruh sebagai berikut :
Memiliki Kompetensi Pendidikan.
Kompetensi yaitu kemampuan yang terampil secara kognitif, afektif, dan psikomotor. Menurut kamus umum bahsa Indonesia komponen berarti “Kewenangan” kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan sesuatu hal. Pengertian dasar kompetensi yakni kemampuan atau kecakapan.
Istilah kompetensi sebenarnya memiliki banyak makna sebagaimana yang dikemukakan sebagai berikut:
      Mengenai hal ini Mulyasa Menjelaskan aspek-aspek kompetensi yaitu:
a.       Pengetahuan (Knowledgee) yaitu kesadaran dalam bidang kognitif, misalnya seorang guru mengetahui cara melakukan identifikasi kebutuhan belajar, dan bagaimana melakukan pembelajaran terhadap peserta didik sesuai dengan kebutuhannya.
b.      Pemahaman (Understanding) yaitu kedalaman kognitif, dan afektif yang dimiliki oleh individu. Misalnya seorang guru yang akan melaksanakan pembelajaran harus memiliki pemahaman yang baik tentang karakteristik dan kondisi peserta didik, agar dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif dan efisien.
c.       Kemampuan (Skill) adalah yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Misalnya kemampuan guru dalam memilih dan membuat alat peraga sederhana untuk memberi kemudahan belajar kepada peserta didik.
d.      Nilai (Value) adalah suatu standar prilaku yang telah diyakini secara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang. Misalnya standar prilaku seorang guru dalam pembelajaran (kejujuran, keterbukaan, demokratis, dll
e.       Sikap (Attitude) yaitu perasaan (senang-tidak senang, suka-tidak suka) atau suatu reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar. Misalnya reaksi terhadap krisis ekonomi, perasaan terhadap naiknya upah atau gaji dan sebagainya.
f.       Minat (Interest) adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan. Misalnya minat untuk mempelajari atau melakukan sesuatu. [9]
                 Jadi dapat kita pahami bahwa kompetensi itu menyangkut berbagai unsur psikologis dan rasiologis dalam menjalankan profesi guru sehingga menjadi guru profesional.
              Memahami prinsip-prinsip dalam menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna keperluan   pengajaran.[10]
1.      Kompetensi Profesional
a.    Menguasai landasan pendidikan
·                    Mengkaji tujuan pendidikan nasional
·                    Mengkaji kegiatan-kegiatan pengajaran yang menunjang pencapaian tujuan pendidikan nasioanal
b.    Engenal Fungsi Sekolah Dalam Masyarakat
·                    Mengkaji peranan sekolah sebagai pusat pendidikan dan kebudayaan
·                    Mengelola kegiatan sekolah yang mencerminkan sekolah sebagai pusat pendidikan dan kebudayaan
c.    Menguasai Bahan Pengajaran
·                  Mengkaji kurikulum pendidikan dasar dan menengah
·                  Menelaah buku pedoman khusus bidang studi
d.   Menyusun Program Pengajaran
·                  Mengkaji ciri-ciri tujuan pengajaran
·                  Dapat merumuskan tujuan pengajaran
e.    Memilih dan Mengembangkan Bahan Pembelajaran
·                    Dapat memilih bahan pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
·                    Mengembangan bahan pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
f.     Memilih dan Mengembangkan Strategi Pembelajaran
·                    Mengkaji berbagai metode mengajar dapat memilih metode yang cepat[11]
Guru profesional menurut pengertian dalam kurikulum berbasis kompetensi memiliki karakteristik, antara lain :
a.       Selalu membuat perencanaan konkrit dan detail yang siap untuk dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran. Perencanaan konkrit yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah rencana pembelajaran dan alat evaluasi
b.      Berkehendak mengubah pola pikir lama menjadi pola pikir baru yang menempatkan siswa sebagai arsitek pembangunan. Gagasan dan guru berfungsi untuk “melayani” dan berperan sebagai mitra siswa supaya peristiwa belajar bermakna dan berlangsung pada semua individu.
c.       Bersikap kritis dan berani menolak kehendak yang kurang edukatif.
d.      Berkehendak mengubah pola tindak dalam menetapkan peran siswa, peran guru, dan gaya mengajar.
e.       Berani meyakinkan kepala sekolah, orang tua, dan masyarakat agar dapat berpihak pada mereka terhadap beberapa inovasi pendidikan yang edukatif yang sulit diterima oleh awam dengan menggunakan argumentasi logis dan kritis.
f.       Bersikap kreatif dalam membangun dan menghasilkan karya pendidikan seperti: membuat alat bantu belajar, analisis materi pembelajaran, penyusunan alat penilaian yang beragam, perencanaan beragam organisasi kelas, dan perancangan kebutuhan kegiatan pembelajaran lainya.
Dari beberapa point di atas nyatalah seorang guru atau pendidik harus benar-benar profesional, dalam arti tidak sembarang orang yang dapat menjadi guru. Seorang guru harus memiliki kemampuan yang tinggi, pemahaman yang matang terhadap materi.
2.      Peran Guru Profesional
            Mulyasa menjelaskan guru dalam peranannya terbagi menjadi beberapa bagian yaitu :
a.       Guru Sebagai Pendidik
            Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para peserta didik dalam lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin.
b.      Guru Sebagai Pengajar
            Guru sebagai pengajar adalah penyampai informasi (bahan ajar) serta membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk mengetahui sesuatu yang belum diketahuinya, dan memahami standar yang di pelajarinya. Salah satu yang harus diperhatikan oleh guru bahwa ia sendiri adalah pelajar. Ini berarti bahwa guru harus belajar terus menerus. Dengan cara demikian dia akan memperkaya diri dengan berbagai ilmu pengetahuan sebagai bekal dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar sehingga mampu memperagakan apa yang diajarkannya. Maksudnya apa yang disampaikannya betul-betul dimiliki oleh anak.
            Seorang guru hendaknya mampu dan terampil dalam memahami kurikulum, dan dia sendiri sebagai sumber belajar terampil dalam memberikan informasi kepada kelas sebagai pengajar ia pun harus mambantu perkembangan anak didik untuk dapat menerima, memahami, serta menguasai ilmu pengetahuan.[12]
c.       Guru Sebagai Pembimbing
Guru sebagai pembimbing yaitu pemberi arahan dalam pembelajaran serta membimbing “perjalanan” peserta berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya.
d.      Guru Juga Sebagai Pengelola Kelas
Dalam perannya sebagai pengelola kelas guru hendaknya harus mampu mengorganisasi kelas sebagai lingkungan belajar, tujuannya agar kegiatan belajar mengajar terarah kepada tujuan-tujuan pendidikan. 
e.       Guru Sebagai Pelatih
Guru sebagai pelatih yaitu bertugas melatih peserta didik dalam pembentukan kompetensi dasar sesuai dengan potensi masing-masing yang dilakukan melalui proses evaluasi. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan yang dirumuskan itu tercapai atau belum dan apakah meteri yang diajarkan sudah cukup tepat. Semua pernyataan tersebut akan dapat dijawab melalui evaluasi atau penilaian.
f.       Guru Sebagai Pembaharu
Guru sebagai pembaharu bertugas menjembatani antara generasi tua dengan generasi muda, yang juga sebagai penerjemah pengalaman ,guru harus menjadi pribadi yang terdidik.
Guru harus berprilaku luhur sehingga memiliki kepribadian yang baik, dengan kepribadian yang baik ini maka guru akan menunaikan profesinya itu adalah tanggung jawab yang harus ditunaikan dengan sebaik-baiknya[13]
g.      Guru Sebagai Mediator dan Fasilitator
Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan peroses belajar mengajar. Dengan demikian media pendidikan merupakan pendidikan dasar yang sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan bagian integral demi berhasilnya proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Sebagai fasilitator guru hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar yang berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar mengajar, baik berupa narasumber, buku teks, majalah, ataupun surat kabar.
3. Guru Yang Memiliki Memiliki Kepribadian Yang Luhur
Kepribadian yaitu sifat dan sikap hakikat individu yang tertuang dalam perbuatan sebagai karakteristik individu yang berbeda dengan individu lain.
Muhibin Syah, mengemukakan kepribadian guru yang kaitannya dengan keberhasilan guru dalam menggeluti profesinya, yaitu :
a.       Fleksibelitas kognitif ( keluwesan ranah cipta) merupakan kemampuan berfikir dengan tindakan simultan dan memadai dalam situasi tertentu. Jadi fleksibelitas dapat dipahami keluwesan terhadap semua hal yang memudahkan dalam mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran.
b.      Keterbukaan psikologis, yakni memiliki kejiwaan besar dalam menunaikan kehidupannya. Jadi dalam hal ini guru memiliki jiwa yang luhur (ikhlas, menginsyafi) tanggung jawab keguruan.[14]
Guru harus berprilaku luhur sehingga memiliki kepribadian yang baik, dengan kepribadian yang baik ini maka guru akan menunaikan profesinya itu adalah tanggung jawab yang harus ditunaikan dengan sebaik-baiknya.
4. Membantu Siswa Dalam Menumbuhkan Sikap Positif
            Sikap positif yang harus ditumbuhkan oleh guru terhadap siswa, diantaranya :
a.    Cinta ilmu, dengan cinta ilmu siswa akan menyadari gunanya ilmu untuk masa depan serta akan terus menuntut ilmu dengan keikhlasan.
b.    Kemandirian dalam belajar, dengan menumbuhkan sikap ini, maka siswa akan merasa penting dan menyadari untuk belajar secara mandiri tanpa adanya paksaan atau suruhan dari pihak lain.
c.    Menumbuhkan sikap disiplin, dengan kedisiplinan maka siswa akan menjalani kehidupannya dengan teratur.
d.   Membantu menemukan gaya belajar siswa, gaya belajar terbagi tiga yaitu: audio, visual, dan kinestetik.
5. Memahami hambatan pendidikan
      Penghambat pendidikan yang dialami ini diantaranya:
a.   Kurikulum yang berubah - ubah, seolah - olah disesuaikan dengan pemerintah yang berkuasa
b.   Pendanaan yang tidak sesuai dengan UU
c.   Proses pengajaran yang kaku, yakni tidak menumbuhkan siswa untuk berkreatif sesuai dengan potensinya.
d.  Guru sendiri tidak professional.


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Guru adalah sebagagi fasilitator sekaligus pembimbing para murid untuk mejadi paham dan guru merupakan penanggung jawab terhadap peserta didik.
Adapun konsep dasar mengajar agar memiliki kompetensi, maka dapat di klasifikasikan sebagai berikut :
Ø  Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku
Ø  Menetukan pilihan yang berkenaan dengan pendekatan terhadap masalah belajar mengajar
Ø  Memilih prosedur yang baik dan dapat di terapkan dalam teknik belajar mengajar
Ø  Menmerapkan norma dan kriteria keberhasilan kegiatan belajar mengajar
Dalam bebrapa cara untuk memiliki kompetensi guru, maka di abtarabya adalah sebagai berikut :
Ø  Preparasi. Guru mempersiapkan selengkapnya bahan selengkapnya secara sisitematis dan teratur.
Ø  Apersepsi. Guru bertanya atau memberikan uraian singkat unutk  mengarahkan perhatian anak didik kepada materi yang akan di ajarkan.
Ø  Presentasi. Guru memberikan bahan denan cara ceramah atau menyuruh anak didik membacabahan yang telah di siapkan dari buku teks tertentuatau yang di tulis guru sendiri.
Ø  Resitase. Guru bertanya dan anak didik menjawab sesuai dengan bahan yang di pelajari, atau anak didik di suruh menyatakan kembali dengan kata-kata sendidri tentang pokok-pokok masalah yang telah di pelajari, baik yang di pelajari secara lisan atau pun yang di pelajari secara tulisan.



[1] Azyumardi Azra, Esai - esai Intelektual Muslim Pendidikan Islam, (Jakarta : Logos, 1998). P. 68.
[2]Syafruddin Nurdin dan  M. Basyiruddin usman, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum. (Jakarta : Ciputat Pres, 2002),  PP. 7 - 8. 
[3] Drs. Bahri Djamarah, Syaiful, Drs. Zain, Aswan. Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta : PT. Rineka Cipta. 2006)
[4]Ibid,. 
[5]Sudarawan Denim, Media Komunikasi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara ). PP. 59 - 60.
[6] Nurdin, Loc. Cit
[7]Undang - Undang Dan Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan, (Departemen Agama RI, 2006).
[8]Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 1995).

                        [9] E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2005).  PP.  187 - 192.
[10] Usman,,9-11.
[11]Usman, op.cit.,p.16-19
[12] Usman, Menjadi,Op.cit.,p.9
[13] Usman, Menjadi Guru, Loc .Cit.
[14] Muhibin Syah, Pisikologi Belajar, (Jakarta : PT. Raja Gravindo Prada, 2003).