KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam yang telah
melimpahkan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga kami selaku team penyusun
dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan
kepada utusan-Nya yang termulia, yakni Nabi Muhammad SAW. Yang telah membawa
umatnya dari zaman kebodohan menuju zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Kami selaku penyusun sangat menyadari bahwa dalam
penulisan dan penyusunan makalah ini masih terdapat kesalahan maupun
kekeliruan. Oleh karenanya, kami sangat mengharapkan masukkan dan saran yang
membangun dari para pembaca. Sehingga kami dapat belajar dari kesalahan
tersebut dan dapat memperbaikinya di kemudian hari.
Akhirnya kami selaku penyusun mengucapkan banyak terima
kasih atas kesediaan para pembaca yang telah berkenan membaca, memberikan saran
maupun kritikkannya. Semoga semua ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Amien….!
Serang, November 2010
Penyusun
Islam dan Dunia Kontemporer
A. Latar belakang
Indonesia adalah Negara yang masyarakatnya sebagian besar beragama islam,
sehingga sudah selayaknya menempatkan diri dalam membangun peradaban islam. Mau
tidak mau suatu peradaban tersebut akan terbentuk oleh umatnya.
Perkembangan islam yang ada di indonesia tidak terlepas dari
pengaruh perkembangan islam di belahan bumi lain. Kalau kita mau mengamati
secara mendalam akan perkembangan islam di Indonesia
maka kita harus mengamati mulai dari islam masuk, penyebaran, pengamalan,
perkembangan dan kondisi yang kita alami sekarang di indonesia. Sebab, peristiwa sejarah
merupakan problematika yang meliputi dimensi waktu masa lampau, sekarang dan
masa yang akan dating.
Meskipun islam datang dan
berkembang di Indonesia
lebih dari lima
abad, namun pemahaman dan penghayatan keagamaan kita masih cenderung sinkretik;
tarik-menarik antara nilai-nilai luhur islam dengan kebudayaan. Terlebih lagi
ketika dihadapkan dengan kemajuan perkembangan zaman, yang lebih dikenal dengan
istilah globalisasi. Dimana agama islam harus dapat menunjukan eksistensinya,
baik bagi penganut agama islam itu sendiri maupun manusia pada umumnya.
Oleh karena itu,
perlu sekali diketahui sekaligus dipahami oleh para pemeluk agama islam itu
sendiri, bagaimana islam pada dunia kontemporer (masa sekarang ini), baik dalam
ruang lingkup yang bersifat tradisionalis, modernis, revivalis-fundamentalisme
dan transformatif. Karena apabila para pemeluk agama islam itu sendiri tidak dapat
memahami sekaligus mengetahui apa itu islam dan bagaimana perkembangan islam
itu sendiri pada dunia kontemporer ini, maka biasa saja akan mungkin terjadi
dimana agama islam itu sendiri tinggallah sebuah nama.
B. Islam dan Tradisi di
Indonesia Sekarang
Meskipun sekarang ini sedang memasuki zaman teknik
(modern) dan tidak lama lagi akan memasuki milennium ketiga, keberagaman kita
tidak sepenuhnya dapat lepas dari pengaruh sinkretik yang diwariskan oleh para
pendahulu kita. Sekarang ini, baik di perkotaan mupun di pedesaan, kita masih
menyaksikan upacara-upacara seperti; nujuh
bulan (upacara yang dilakukan ketika seorang istri telah hamil tujuh
bulan), babaran (upacara kelahiran
itu sendiri), pasaran (upacara yang
dilakukan lima
hari setelah melahirkan), dan pitonan
(slametan yang dilakukan tujuh bulan setelah lahiran), meskipun tidak
sepenuhnya sama.
Amaliah keagamaan kita di masyarakat dapat dilihat dari
upacara nujuh bulan, dengan
menyediakan makanan kecil yang kemudian dibagikan kepada masyarakat sekitar dan
sekaligus memberi nama anak yang dilahirkan dengan membaca al-Barjanzi. Penggantian nama anak biasanya dilakukan karena anak
yang bersangkutan sering sakit, dan anak tersebut akan sembuh apabila namanya
diganti. Dalam penggantian nama pun dilakukan slametan lagi.
Begitu pula dengan upacara kematian, di daerah Betawi terdapat
tradisi yang sangat berbeda dengan tradisi di Bandung. Di Betawi, apabila seseorang
meninggal dunia, keluarga tersebut menyelenggarakan pembacaan Al-Qur’an yang
lamanya bergantung pada usia yang meninggal. Lain halnya dengan kebiasaan di
Bandung Timur. Upacara yang berhubungan dengan kematian seseorang dilakukan
apabila ekonomi keluarga yang meninggal itu termasuk kelas menengah ke atas, keluarga
yang ditinggalkan menyembelih kerbau kemudian daging kerbau tersebut dibagikan
kepada masyarakat sekitar (sekitar tahun 1989 di Cileunyi Kulon masih didapatkn
peristiwa ini), meskipun sekarang upacara itu hampir tidak pernah terjadi. Akan
tetapi, masih banyak lagi berbagai macam jenis upacara keagamaan yang masih
sangat kental dan sering dilaksanakan oleh kalangan masyarakat.
C. Pengaruh Globalisasi
Terhadap Islam
Sekarang ini, dunia dengan perkembangan mutakhir
dibidang teknologi komunikasi hampir tidak memiliki batas yang jelas; satu
peristiwa yang sedang terjadi di Eropa atau Amerika serikat, secara langsung
kita dapat menyaksikannya di rumah kita sendiri di Indonesia. Sayangnya, umat islam
sekarang ini berada pada posisi yang sangat mengkhawatirkan. Di antara mereka,
ada yang cukup maju tapi terbatas sebagai pengguna teknologi, bukan pencipta
teknologi; lebih parah lagi, kebanyakan umat islam banyak yang sangat terlambat
dalam mengikuti perkembangan teknologi tersebut, di antara mereka masih ada
yang belum mampu mengoperasikan computer, internet, dan beberapa produk
teknologi lainnya.
Karena rendah dalam penguasaan dan pengembangan sains
dan teknologi, umat islam menjadi menjadi kelompok yang terbelakang. Mereka
hampir diidentikkan dengan kebodohan, kemiskinan, dan tidak mau berperadaban.
Sedangkan di sisi lain, umat agama lain begitu maju dengan berbagai teknologi.
Atas dasar itulah, terjadi berbagai reaksi terhadap kemajuan pemeluk
agama-agama lain. Secara umum, reaksi tersebut dapat dibedakan menjadi empat,
yaitu tradisionalis, modernis, revivalis, dan transformatif.[1]
1. Tradisionalis
Pemikiran tradisionalis percaya bahwa kemunduran umat
islam adalah ketentuan dan rencana Tuhan. Hanya Tuhan yang maha tahu tentang
arti dan hikmah di balik kemunduran dan keterbelakangan umat islam. Makhluk,
termasuk umat islam, tidak tahu tentang gambaran besar skenario Tuhan, dari
perjalanan panjang umat manusia. Kemunduran dan keterbelakangan umat islam
dinilai sebagai “ujian” atas keimanan, dan kita tidak tahu malapetaka apa yang
akan terjadi dibalik kemajuan dan pertumbuhan umat manusia.
Akar teologis pemikiran tradisionalis bersandar pada aliran
Ahl al-Sunah wa al-Jama’ah, terutama aliran ‘Asy’ariah, yang juga merujuk
kepada aliran jabariyah mengenai predeterminisme (takdir), yakni bahwa manusia
harus menerima ketentuan dan rencana Tuhan yang telah dibentuk sebelumnya.
Cara berfikir tradisionalis tidak hanya terdapat di
kalangan muslim di pedesaan atau yang diidentikkan dengan NU, tapi sesungguhnya
pemikiran tradisionalis terdapat di berbagai organisasi dan berbagai tempat.
Banyak diantara mereka yang dalam sector kehidupan sehari-hari menjalani
kehidupan yang sangat modern, namun ketika kembali kepada persoalan teologi dan
kaitannya dengan usaha manusia, mereka sesungguhnya lebih layak dikategorikan
sebagai golongan tradisionalis.
2. Modernis
Dalam masyarakat barat, modernisme mengandung arti
pikiran, aliran, gerakan, dan usaha untuk mengubah paham-paham dan
institusi-institusi lama untuk disesuaikan dengan suasana baru yang ditimbulkan
oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, modernis lebih
mengacu pada dorongan untuk melakukan perubahan karena paham-paham dan
institusi-institusi lama dinilai tidak relevan.
Kaum modernis percaya bahwa keterbelakangan umat islam
lebih banyak disebabkan oleh kesalahan sikap mental, budaya, atau teologi
mereka. Pandangan kaum modernis merujuk pada pemikiran modernis muktazilah, yang cenderung bersifat
antroposentris dengan doktrinnya yang sangat terkenal, yaitu ushul al-khamsah.
Asumsi dasar kaum modernis adalah bahwa keterbelakangan
umat islam karena mereka melakukan sakralisasi terhadap semua bidang kehidupan.
Asumsi tersebut pada dasarnya sejalan dengan aliran developmentalisme yang
beranggapan bahwa kemunduran umat islam terjadi di Indonesia karena mereka tidak mampu
berpartisipasi secara aktif di dalam proses pembangunan dan globalisasi. Oleh
karena itu, mereka cenderung melihat nilai-nilai sikap mental, kreativitas,
budaya dn paham teologi sebagai pokok permasalahan.
3. Revivalis-Fundamentalis
Bagi revivalis, umat islam terbelakang karena mereka
justru menggunakan ideologi lain sebagai dasar pijakan daripada menggunakan
Al-Qur’an sabagai acuan dasar. Pandangan ini berangkat dari asumsi bahwa
Al-Qur’an pada dasarnya telah menyediakan petunjuk secara komplit, jelas dan
sempurna sebagai dasar bermasyarakat dan bernegara. Disamping itu, mereka juga
memandang ideologi lain sebagai ancaman. Globalisasi dan kapitalisme bagi
mereka merupakan salah satu agenda barat dan konsep non-islami yang dipaksakan
pada masyarakat muslim. Mereka menolak globalisasi dan kapitalisme karena keduanya
dinilai berakar pada paham liberalisme. Karena itulah, mereka juga disebut
sebagai kaum fundamentalis; mereka dipinggirkan oleh kaum developmentalis
karena dianggap sebagai ancaman bagi kapitalisme. Dengan demikian, revivalis
bagi kalangan developmentalis, identik dengan fundamentalis.
4. Transformatif
Gagasan transformatif merupakan alternatif dari ketiga
respons umat islam di atas. Mereka percaya bahwa keterbelakangan umat islam
disebabkan oleh ketidak adilan system dan struktur ekonomi, politik dan kultur.
Oleh karena itu, agenda mereka adalah melakukan transformasi terhadap struktur
melalui penciptaan relasi yang secara fundamental baru dan lebih adil dalam
bidang ekonomi, politik dan kultur.
Kalangan teologi transformatif pula menyimpulkan bahwa
agama dalam proses modernisasi sekarang ini melahirkan tiga corak, yaitu:
Pertama, tampil sebagai alat rasionalisasi atas modernisasi atau modernisme,
dengan melahirkan perkembangan teologi rasional yang mengacu pada tumbuhnya
kepentingan intelektualisme sekelompok akademikus. Kedua, sebagai alat legitimasi atas nama melancarkan dan mendukung berhasilnya
program-program modernisasi. Program-program ini dirancang dan dilaksanakan
secara teknokratis berdasarkan paradigma pertumbuhn ekonomi, dan bukan untuk
pertumbuhan nilai-nilai dasar pembangunan harkat kemanusiaan sendiri. Dalam
konteks seperti ini, konsep teologi yang dominan adalah teologi paralelisme
yang bersifat jusdifikatif. Ketiga,
kelompok masyarakat tertentu, terutama kaum dhuafa yang tidak terserap dalam
dialog besar proses modernisasi dewasa ini, terpaksa menghanyutkan diri dalam
impian teologi eskatologis yang bersifat eskapitis. Mereka tidak jarang
menunjukkan sikap hidup fatalistis; “bahwa dunia adalah tempat bersinggah untuk
minum”, bahwa “dunia hanyalah penjara bagi orang-orang yang beriman dan surga
bagi orang-orang kafir”, dan lain sebagainya.
Yang paling penting, bahwa prinsip teologi transformatif
itu tidak bersifat ortodoksi dan harus terkait dengan ortopraksis. Ia harus
berwatak fasilitatif, dalam arti memberi fasilitas sebagai kerangka bacaan
melihat realitas. Juga tidak ada hubungan patronklien dalam membaca kehendak
Tuhan.dan mementingkan isi daripada bentuk ungkapan simbolis agama. Serta
dengan jelas menuju cita-cita perwujudan masyarakat muttaqin, dengan setiap
orang mempunyai derajat yang setara di hadapan kebenaran Allah SWT.
D. Kesimpulan
Demikian kita telah mengetahui tentang beberapa tradisi
yang sering dilakukan oleh umat islam di Indonesia dalam kaitannya dengan
dunia kontemporer ini. Sekaligus pula mengenai empat respons umat islam dalam
dunia kontemporer, yang diantaranya yaitu tradisionalis, modernis,
revivalis-fundamentalisme dan transpormatif. Dimana diantara keempat hal
tersebut, masing-masing memiliki pandangan yang berbeda dalam memberikan
pernyataan tentang islm dan pemeluk agama islam berkaitan dengan dunia
kontemporer sat ini. Yang mana didalamnya membahas masalah yang menyebabkan
terjadinya keterbelakangan sekaligus ketertinggalan umat islam dalam masalah
ilmu pengetahuan dan komunikasi serta globalisasi say ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Moeslim. 1995.
Islam Transpormatif. Jakarta:
Pustaka Firdaus.
Hakim, Atang Abd. 2006. Metodologi
Studi Islam. Bandung:
Rosda.
Nata, Abuddin. 2009. Metodologi
Studi Islam. Jakarta:
Rajawali Pers.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar