PERASAAN
DAN EMOSI
MAKALAH
“Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok
pada Mata Kuliah
Psikologi Umum”
Disusun
oleh Kelompok 7 :
Muhammad Yusuf
Ahmad Khusaeri
Umi Ulfah
Anggi Oktaviani
St. Aisah
PAI-A / III
FAKULTAS TARBIYAH DAN ADAB
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN
TAHUN 2011/1433 H
PERASAAN DAN EMOSI
A. Pendahuluan
Secara
factual, bahwasannya di dalam emosi terkandung perasaan yang di miliki oleh
setiap orang. Oleh karena itu pembicaraan tentang emosi dan perasaan tidak
pernah lepas dari unsur manusia. Dari beberapa pendapat tentang emosi dan
perasaan yang di kemukakan oleh para ahli pada umumnya sepakat bahwa perasaan
itu di artikan sebagai keadaan yang di rasakan sedang terjadi dalam diri seseorang
dan sedangkan emosi terjadi hanya ketika seseorang merasakan sesuatu terjadi
dalam dirinya.
Pada
dasarnya emosi dan perasaan itu keduanya relative sama. Perasaan yang diartikan
emosi adalah perasaan yang tidak terkait dengan yang dirasakan fisik. Sedangkan
menurut seorang peneliti emosi dari Australia National University,
yakni, Anna Wierzbicka, tidak semua budaya memiliki kata untuk emosi
sebagaimana yang di konsepkan dalam bahasa Inggris sedangkan kata yang bermakna
perasaan (feeling) ada dalam semua bahasa. Menurutnya, kata emosi lebih
disukai karena kesannya lebih objektif dan lebih ilmiah dari pada kata
perasaan. Oleh sebab itu kata emosi lebih luas digunakan dalam dunia ilmu
pengetahuan.
B. Pengertian Perasaan
Perasaan biasanya didefinisikan sebagai gejala psikis
yang bersifat subyektif yang umumnya berhubungan dengan gejala-gejala mengenal, dan dialami
dalam kualitas senang atau tidak senang dalam berbagai taraf.
Berlainan dengan
berfikir, maka perasaan itu bersifat subyektif, banyak dipengaruhi oleh keadaan
diri seseorang. Perasaan umumnya bersangkutan dengan fungsi mengenal artinya
perasaan dapat timbul karena mengamati, menanggap, menghayalkan,
mengingat-ingat, atau memikirkan sesuatu. Kendati pun demikian perasaan
bukanlah hanya sekedar gejala tambahan
daripada fungsi pengenalan saja, melainkan adalah fungsi tersendiri.[1]
C. Macam-Macam Perasaan
Bigot telah memberikan ikhtisar mengenai macam-macam
perasaan itu yang kiranya sangat berguna sebagai rangka pembicaraan. Adapun
ikhtisar tersebut adalah sebagai
berikut :
a.
Perasaan-perasaan jasmaniah (rendah)
1)
Perasaan-perasaan indriah, yaitu perasaan-perasaan yang berhubungan dengan
perangsangan terhadap pancaindera seperti misalnya, sedap, manis, asin, pahit,
panas dan sebagainya.
2)
Perasaan vital, yaitu perasaan-perasaan yang berhubungan dengan keadaan
jasmani pada umumnya, seperti misalnya
perasaan-perasaan segar, letih, sehat, lemah, tak berdaya, dan sebagainnya.
b.
Perasaan -perasaan rohaniah :
1)
Perasaan intelektual
Perasaan intelektual ialah perasaan yang bersangkutan
dengan kesanggupan intelek (pikiran) dalam menyelesaikan problem-problem yang
dihadapi. Misalnya rasa senang yang dialami oleh seseorang yang dapat
menyelesaikan soal ujian (perasaan intelektual positif), atau perasaan kecewa
yang dialami oleh seseorang yang sama sekali tak dapat ang mengerjakan soal
ujian.
2)
Perasaan kesusilaan
Perasaan kesusilaan atau disebut juga perasaan etis ialah
perasaan tentang baik buruk. Perasaan kesusilaan itu ada dua macam, yaitu
positif dan negatif. Perasaan kesusilaan yang positif misalnya dialami sebagai
rasa puas kalau orang telah melakukan hal yang baik, dan yang negatif misalnya
dialami sebagai rasa menyesal kalau
orang telah melakukan hal yang tidak baik.
3)
Perasaan keindahan
Perasaan keindahan yaitu perasaan yang menyertai atau
yang timbul karena seseorang menghayati sesuatu yang indah atau tidak indah.
4)
Perasaan sosial
Perasaan sosial ialah perasaan yang mengikatkan individu
dengan sesama manusia, perasaan hidup bermasyarakat dengan sesama manusia untuk
saling bergaul, saling tolong menolong, memberi dan menerima simpati dan
antipati, rasa setia kawan,dan sebagainya.
5)
Perasaan harga diri
Perasaan harga diri ini dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu perasaan harga diri yang positif dan perasaan harga diri yang
negatif. Perasaan harga diri yang positif misalnya perasaan puas, senang,
gembira, bangga. Sedangkan perasaan harga diri negatif misalnya perasaan
kecewa, tak senang, tak berdaya, kalau seseorang mendapat celaan, dimarahi,
mendapatkan hukuman dan sebagainya.
6)
Perasaan keagamaan
Perasaan keagamaan yaitu perasaan yang bersangkut paut
dengan kepercayaan seseorang tentang adanya Yang Maha Kuasa seperti misalnya
rasa kagum akan kebesaran Tuhan, rasa syukur setelah lepas dari marabahaya
secara ajaib, dan sebagainya.[2]
D.
Pengertian
Emosi
Menurut English and English, emosi adalah “A complex
feeling state accompained by characteristic motor and glandular activies “
(suatu keadaan yang kompleks yang disertai karakteristik kegiatan kelenjar dan
motoris). Sedangkan Sarlito Wirawan Sarwono berpendapat bahwa emosi merupakan “
setiap keadaan pada diri seseorang yang
disertai warna afektif baik pada tingkatan lemah (dangkal)
maupun pada tingkatan yang luas (mendalam)[3]
E.
Macam-Macam
Emosi
Atas dasar arah aktivitasnya, tingkah laku emosional
dapat dibagi menjadi empat macam, yaitu
(1) marah, orang bergerak menentang sumber frustasi; (2) takut, orang bergerak
meninggalkan sumber frustasi; (3) cinta, orang bergerak menuju sumber
kemenangan; (4) depresi, orang menghentikan respon-respon terbukanya dan mengalihkan emosi ke dalam dirinya sendiri.
Dari hasil penelitiannya, John B. Watson menemukan bahwa
tiga dari keempat emosional tersebut terdapat pada anak-anak, yaitu : takut,
marah dan cinta.
1.
Takut
Pada dasarnya,
rasa takut itu bermacam-macam. Ada yang timbul karena seorang anak kecil memang
ditakut-takuti atau karena berlakunya berbagai pantangan di rumah. Misalnya
saja, rasa takut akan tempat gelap, takut berada di tempat sepi tanpa teman,
atau takut menghadapi hal-hal asing yang tidak di kenal. Kengerian-kengerian
ini relatif lebih banyak diderita oleh anak-anak daripada orang dewasa. Karena,
sebagai insan yang masih muda, tentu saja daya tahan anak-anak belum kuat.[4]
Jika dilihat
dari secara objektif, bisa dikatakan bahwa rasa takut selain mempunyai
segi-segi negatif, yaitu bersifat
menggelorakan dan menimbulkan perasaan-perasaanan gejala tubuh yang
menegangkan, juga ada segi positifnya.
Ada beberapa
cara untuk mengatasi rasa takut pada anak. Pertama, ciptakanlah suasana
kekeluargaan/lingkungan sosial mampu menghadirkan rasa keamanan dan rasa kasih
sayang. Kedua, berilah penghargaan terhadap usaha-usaha anak dan pujilah
bila perlu. Ketiga, tanamkanlah pada anak bahwa ada kewajiban sosial
yang perlu ditaati. Keempat, tumbuhkanlah pada diri anak kepercayaan serta
keberanian untuk hidup; jauhkanlah ejekan dan celaan.
2.
Marah
Pada
umumnya, luapan kemarahan lebih sering terlihat pada anak kecil ketimbang rasa
takut. Bentuk-bentuk kemarahan yang banyak kita hadapi adalah pada anak yang
berumur 4 tahun. Pada anak-anak yang masih kecil, kemarahan bisa ditimbulkan
oleh adanya pengekangan yang dipaksakan, gangguan pada gerak-geriknya, hambatan
pada kegiatan-kegiatan yang sedang dilakukan, oleh segala sesuatu yang
menghalang-halangi keinginan seorang anak.
Dalam sebuah studi yang dilakukan Goodenough, terdapat
cukup bukti yang memperlihatkan bahwa anak-anak lebih mudah menjadi marah
apabila pada malam sebelumnya mereka tidak cukup beristirahat.
Navaco pula mengemukakan bahwa amarah “bisa dipahami sebagai reaksi tekanan
perasaan”
3.
Cinta
Apakah cinta ?
sesungguhnya betapa sulitnya kita menjelaskan kata yang satu ini. Sama halnya
ketika kita harus mendefinisikan ihwal kebahagiaan. Penyair Mesir, Syauqi Bey,
melukiskan “cinta” dlam sebuah sajaknya :
Apakah cinta ?
Mulanya
berpandangan mata,
lantas
saling senyum,
kata berbalas kata,
dan
memadu janji,
akhirnya
bertemu.
Namun, yang digambarkan Syauqi Bey di atas adalah cinta
romantis, yaitu cinta waktu pacaran yang kadang-kadang berakhir putus setelah
puas bertemu dalam memadu cinta, tidak sampai meningkat ke jenjang pernikahan.
Dalam bukunya The Art of Loving (Seni Mencinta),
Erich Fromm sedemikian jauh telah berbicara tentang cinta sebagai alat
mengatasi keterpisahaan manusia, sebagai pemenuh kerinduan akan
kesatuan. Akan tetapi, di atas kebutuhan eksitensi dan
menyeluruh itu, timbul suatu kebutuhan biologis, yang lebih spesifik yaitu
keinginan untuk menyatu antara kutub-kutub jantan dan betina. Ide pengutuban
ini diungkapkan dengan paling mencolok dalam mitos bahwa pada mulanya laki-laki
dan wanita adalah satu, kemudian mereka dipisahkan menjadi setengah-setengah,
dan sejak itu sampai seterusnya, setiap lelaki terus mencari belahan wanita
yang hilang dari dirinya untuk bersatu kembali dengannya.[5]
F.
Ekspresi
dan Emosi
Apakah ekspresi itu ? Wullur melukiskan ekspresi sebagai
“pernyataan batin seseorang dengan cara berkata, bernyanyi, bergerak, dengan
catatan bahwa ekspresi itu selalu tumbuh karena dorongan akan menjelmakan
perasaan atau buah pikiran”.
Selanjutnya,
ekspresi itu dapat mengembangkan sifat kreativitas seseorang; dan jika
anak sanggup beraktivitas secara kreatif, barulah mereka dapat belajar secara
sungguh-sungguh.
Ekspresi, menurut Wullur, juga bersifat membersihkan,
membereskan (katarsi). Karena itu, ekspresi dapat mencegah timbulnya kejadian-kejadian
yang tidak diberi kesempatan untuk menjelmakan perasaannya dan menghadapi
perasaannya. Tanpa ekspresi, bahan yang terpendam itu sangat alah membahayakan.
Dan terkadang bisa menjadi “letusan kecil”,
misalnya mengamuk, bahkan membunuh. “Letusan” yang lebih besar lagi
adalah terjadinya letusan revolusi suatu bangsa yang bertahun-tahun atau
berabad-abad tertindas.
Dalam kaitannya dengan emosi, kita dapat membagi ekspresi
emosional (emotional exspression) dalam tiga macam, yakni:
(1).Startle
Response atau reaksi terkejut
(2). Ekspresi
wajah dan suara
(3). Sikap
dan gerak tubuh (posture and gesture)
Ekspresi wajah yang menyertai emosi jelas berfungsi
mengomunikasikan emosi tersebut. Menurut Atkison, sejak publikasi buku klasik
Charles Darwin pada tahun 1872,
The Expression of Emotion in Man and Animals, para ahli psikologi bahwa menganggap komunikasi emosi memiliki
fungsi penting, yang memiliki kelangsungan hidup bagi spesies.
G.
Hubungan antara Perasaan dan Emosi
Menurut pandangan Dirgagunarsa, perasaan (feeling)
mempunyai dua arti. Ditinjau secara fisiologis, perasaan berarti pengindraan, sehingga
merupakan salah satu fungsi tubuh untuk mengadakan kontak dengan dunia luar. Dalam arti psikologis,
perasaan mempunyai fungsi menilai, yaitu penilaian terhadap suatu hal. Makna
penilaian ini tampak, misalnya, dalam ungkapan berikut: “Saya rasa nanti sore
akan hujan”. Ungkapan itu berarti bahwa
menurut penilaian saya, nanti sore hari akan hujan.
Di
lain pihak, emosi mempunyai arti yang agak berbeda. Di dalam pengertian emosi
sudah terkandung unsur perasaan yang mendalam (intese). Perkataan emosi sendiri
berasal dari perkataan “emotus” atau “emovere” yang artinya mencerca (to stir
up), yaitu sesuatu yang mendorong terhadap sesuatu.[6]
H. Perbedaan antara Perasaan dan
Emosi
Perbedaan
antara perasaan dan emosi tidak dapat dinyatakan dengan tegas, karena keduanya
merupakan suatu kelangsungan kualitas yang tidak jelas batasnya. Pada suatu
saat tertentu, suatu warna efektif dapat dikatakan sebagai perasaan, tetati
juga dikatakan sebagai emosi. Oleh karena itu, yang dimaksudkan dengan emosi di
sini bukan terbatas pada pada emosi atau perasaan saja, tetapi meliputi setiap
keadaan pada setiap diri seseorang yang disertai dengan warna efektif, baik
pada tingkat yang lemah (dangkal) maupun pada tingkat yang kuat (mendalam).[7]
I. Kesimpulan
Berlainan dengan berfikir, maka perasaan itu bersifat
subyektif, banyak dipengaruhi oleh keadaan diri seseorang. Perasaan umumnya bersangkutan
dengan fungsi mengenal artinya perasaan dapat timbul karena mengamati,
menanggap, menghayalkan, mengingat-ingat, atau memikirkan sesuatu. Kendati pun
demikian perasaan bukanlah hanya sekedar
gejala tambahan daripada fungsi pengenalan saja, melainkan adalah fungsi
tersendiri.
Adapun
macam-macam perasaan tersebut diantaranya yaitu;
a)
Perasaan-perasaan jasmaniah (rendah)
1)
Perasaan-perasaan indriah
2)
Perasaan vital
b)
Perasaan -perasaan rohaniah
1)
Perasaan keagamaan
2)
Perasaan intelektual
3)
Perasaan kesusilaan
4)
Perasaan keindahan
5)
Perasaan sosial
6)
Perasaan harga diri
Emosi
adalah suatu keadaan yang komplek yang disertai karakteristik kegiatan kelenjar
yang motoris. Dan perasaan didefinisikan
sebagai gejala psikis yang bersifat subyektif yang umumnya berhubungan dengan
gejala-gejala mengenal, dan dialami dalam kualitas senang atau tidak senang
dalam berbagai taraf. Atas dasar arah aktivitasnya, tingkah laku emosional
dapat dibagi menjadi empat macam, yaitu;
marah, takut, cinta dan depresi.
Dalam kaitannya dengan emosi, kita dapat membagi ekspresi
emosional (emotional exspression) dalam tiga macam, yakni:
(1).Startle
Response atau reaksi terkejut
(2). Ekspresi
wajah dan suara
(3). Sikap
dan gerak tubuh (posture and gesture)
DAFTAR PUSTAKA
Fauzi Ahmad, Psikologi
Umum, Bandung: Pustaka Setia, 2004.
Sobur Alex, Psikologi
Umum, Bandung: Pustaka Setia, 2003.
Suryabrata Sumadi, Psikologi Pendidikan, Jakarta:PT
Raja Grafindo Persada, 1998.
Yusuf Syamsu, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung: PT Remaja Rosda Karya , 2006.
mksih ...
BalasHapuskunjugi juga
cyber-dakhlan90.blogspot.com/
Terimakasih.. tulisannya sangat bermanfaat..
BalasHapusMy blog