BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia adalah makhluk multidimensional. Oleh karena itu, banyak
julukan-julukan yang diberikan kepadanya, misalnya manusia sebagai makhluk
ekonomi (homo economicus), makhluk sosial (homo social), makhluk
berfikir (homo safien), makhluk bekerja atau bermain (homo luden),
makhluk yang menggunakan alat (homo faber), makhluk yang suka
bersenang-senang (homo hedonisme), makhluk yang suka menggunakan
lambang-lambang (homo simbolicum), makhluk yang suka menindas makhluk
yang lainnya (homo homini lupus), makhluk iptek, makhluk imtaq, dan
makhluk organisasional.
Manusia adalah
makhluk organisasi. Oleh karena itu, begitu ia dilahirkan ke dunia, ia menjadi
anggota organisasi genitis yang disebut anggota organisasi keluarga. Bahkan,
organisasi itu sudah ada sebelum kita dilahirkan, karena kelahiran kita juga
akibat hasil dari organisasi perkawinan. Di samping itu, begitu manusia lahir
ia juga langsung menjadi anggota rukun tetangga, rukun warga, kelurahan,
kecamatan, kabupaten, provinsi, dan warga negara Indonesia, bahkan menjadi
warga dunia.
Ketika usia
sekolah, manusia memasuki sekolah dan ia menjadi anggota organisasi sekolah.
Setelah lulus dan bekerja, ia menjadi anggota organisasi di tempat kerjanya.
Mungkin pula ia merangkap menjadi anggota organisasi agama, pemuda, politik,
ekonomi atau bisnis, sosial atau masyarakat, budaya, keamanan, militer,
olahraga, hobi, profesi, dan sebagainya. Akhirnya, setelah manusia meninggal ia
dicatat sebagai anggota organisasi kematian oleh panitia rukun kematian di
tingkat RT.
Jadi, manusia
sejak dilahirkan sampai kematiannya tidak dapat dipisahkan dari organisasi.
Manusia adalah makhluk organisasional karena sejak lahir manusia tidak dapat
hidup sendiri tanpa bantuan oarang lain. Organisasi dibentuk untuk kepentingan
manusia (antroposentris), organisasi sebenarnya diciptakan untuk orang,
bukan orang untuk organisasi.
1.2 Permasalahan
1.
Apakah
pengertian pengorganisasian dan organisasi tesebut ?
2.
Siapa
dan apa sajakah yang menjadi unsur organisasi tesebut ?
3.
Asas-asas
apa yang digunakan dalam suatu organisasi ?
4.
Bagaimana
langkah-langkah yang dilakukan dalam berorganisasi ?
5.
Apa
sajakah macam, bentuk dan tipe dari organisasi itu ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dan
maksud dari penulisan serta penyusunan makalah ini, diantaranya adalah:
1.
Untuk
memenuhi salah satu tugas kelompok pada mata kuliah Manajemen Jurusan PAI
Fakultas Tarbiyah dan Adab IAIN “SMH” Banten.
2.
Untuk
memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai seputar masalah organisasi.
3.
Sebagai
referensi penulis dalam mendalami tentang suatu keorganisasian.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat
yang Insya Allah akan diperoleh dari hasil penulisan serta penyusunan makalah
ini, diantaranya adalah sebagai berikut:
1.
Dapat
memberikan pemahaman dan pengetahuan mengenai apa itu organisasi dan asas dalam
berorganisasi.
2.
Menambah
pengetahuan tentang seputar tata cara dalam berorganisasi dan istilah-istilah
yang dipakai dalam berorganisasi.
3.
Dapat
mengetahui bagaimana menjalankan suatu organisasi.
4.
Dan
dapat memberikan pemahaman mengenai tujuan serta manfaat dari berorganisasi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Pengorganisasian dan Organisasi
Organisasi merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dengan kehidupan dan penghidupan manusia. Setiap
hari manusia berhubungan dengan organisasinya, baik itu yang formal maupun yang
informal. Walaupun pada pengalaman berorganisasi itu ada yang menyenangkan dan
menjengkelkan, ada yang positif dan ada pula yang negatif, tetapi manusia tetap
saja memerlukan organisasi. Untuk itu, perlulah diketahui apa itu yang disebut
dengan pengorganisasian dan organisasi. Sehingga pada akhirnya kita akan
mengetahui bagaimana berorganisasi itu dan apa tujuan serta manfaat dari
organisasi itu sendiri.
Pengorganisasian
merupakan suatu fungsi manajemen dan merupakan suatu proses yang dinamis,
sedangkan organisasi merupakan alat atau wadah yang statis. Pengorganisasian
dapat diartikan pula sebagai penentu pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan,
pengelompokkan tugas-tugas dan membagi-bagikan pekerjaan kepada setiap
karyawan, penetapan departemen-departemen (subsistem) serta penentuan
hubungan-hubungan.
Definisi
sederhana pengorganisasian ialah keseluruhan proses pengelompokan orang-orang,
alat-alat, tugas-tugas, serta wewenang dan tanggung jawab sedemikian rupa
sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan
yang utuh dan bulat dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya.
Adapun
hasil dari pengorganisasian adalah organisasi. Dimana organisasi merupakan alat
yang digunakan oleh manusia untuk mencapai suatu tujuan tertentu.[1]
Sedikit
berbeda dengan definisi di atas, Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan dalam bukunya
menerangkan tentang definisi pengorganisasian dan organisasi secara lebih
terperinci lagi, yaitu;
“Pengorganisasian adalah suatu proses penentuan, pengelompokan, dan
pengaturan bermacam-macam aktivitas yang di perlukan untuk mencapai tujuan,
menempatkan orang-orang pada setiap aktivitas ini, menyediakan alat-alat yang
diperlukan, menetapkan wewenang yang secara relatif didelegasikan kepada setiap
individu yang akan melakukan aktivitas-aktivitas tersebut. Sedangkan organisasi
adalah suatu sistem perserikatan formal, berstruktur, dan terkoordinasi dari sekelompok
orang yang bekerja sama dalam mencapai tujuan tertentu.”[2]
Berdasarkan
berbagai pendapat tentang organisasi, maka dapat disimpulkan bahwa yang disebut
dengan organisasi ialah proses kerja sama dua orang atau lebih untuk mencapai
tujuan secara efektif dan efisien. Jadi, dalam setiap organisasi terkandung
tiga unsur, yaitu;
1.
Kerja
sama.
2.
Dua
orang atau lebih.
3.
Tujuan
yang hendak dicapai.[3]
Demikianlah
beberapa definisi dari beberapa pakar tentang pengorganisasian dan organisasi.
Yang mana pada dasarnya dari seluruh definisi tersebut dapat diambil beberapa
aspek-aspek penting, diantaranya adalah sebagai berikut;
1.
Adanya
tujuan tertentu yang ingin dicapai.
2.
Adanya
sistem kerja sama yang terstruktur dari sekelompok orang.
3.
Adanya
pembagian kerja dan hubungan kerja antara sesama karyawan.
4.
Adanya
penetapan dan pengelompokan pekerjaan yang terintegrasi.
5.
Adanya
keterikatan formal dan tata tertib yang harus ditaati.
6.
Adanya
pendelegasian wewenang dan koordinasi tugas-tugas.
7.
Adanya
unsur-unsur dan alat-alat organisasi.
8.
Adanya
penempatan orang-orang dan alat-alat organisasi.
2.2 Unsur-Unsur
Organisasi
Dalam
suatu organisasi diperlukan adanya unsur-unsur yang mengisi suatu organisasi
tersebut sehingga dapat dikatakanlah sebagai suatu organisasi, diantaranya
yaitu;
1.
Manusia
(human factor), artinya organisasi baru ada jika ada unsur manusia yang
bekerja sama, ada pemimpin dan ada yang dipimpin (bawahan).
2.
Tempat
kedudukan, artinya organisasi baru ada jika ada tempat kedudukannya.
3.
Tujuan,
artinya organisasi itu baru ada jika ada tujuan yang ingin dicapai.
4.
Pekerjaan,
artinya organisasi itu baru ada jika ada pekerjaan yang akan dikerjakan serta
adanya pembagian pekerjaan.
5.
Struktur,
artinya organisasi itu baru ada jika ada hubungan dan kerja sama antara manusia
yang satu dengan yang lainnya.
6.
Teknologi,
artinya organisasi itu baru ada jika terdapat unsur teknis.
7.
Lingkungan,
(environment external social system), artinya organisasi itu baru ada,
jika ada lingkungan yang saling mempengaruhi, misalnya ada sistem kerja sama
sosial.
2.3 Asas-Asas
Organisasi
Untuk
terwujudnya suatu organisasi yang baik, efektif, efisien serta sesuai dengan
kebutuhan, secara selektif harus didasarkan pada asas-asas (prinsip-prinsip)
organisasi sebagai berikut.
1.
Principle
of organizational (asas tujuan
organisasi)
Menurut asas
ini, tujuan organisasi harus jelas dan rasional, apa bertujuan untuk
mendapatkan laba (business organization) ataukah untuk memberikan pelayanan
(public organization). Hal ini merupakan bagian penting dalam menentukan
struktur organisasi.
2.
Principle
of unity of objective (asas kesatuan
tujuan)
Menurut asas
ini, di dalam suatu organisasi (perusahaan) harus ada kesatuan tujuan yang
ingin dicapai. Organisasi secara keseluruhan dan tiap-tiap bagiannya harus berusaha
untuk mencapai tujuan tersebut. Organisasi akan kacau jika tidak ada kesatuan
tujuan.
3.
Principle
of unity of command (asas kesatuan
perintah)
Berdasarkan
asas ini, hendaknya setiap bawahan menerima perintah ataupun memberikan
pertanggungjawaban hanya kepada satu orang atasan, tetapi seorang atasan dapat
memerintah beberapa orang bawahan.
4.
Principle
of the span of management (asas rentang
kendali)
Menurut asas
ini, seorang manager hanya dapat memimpin secara efektif sejumlah bawahan
tertentu, misalnya 3 sampai dengan 9 orang. Jumlah bawahan ini tergantung
kecakapan dan kemampuan manajer yang bersangkutan.
5.
Principle
of delegation of authority (asas
pendelegasian wewenang)
Menurut asas
ini, hendaknya pendelegasian wewenang dari seseorang atau sekelompok orang
kepada orang lain jelas dan efektif, sehingga ia mengetahui wewenangnya.
6.
Principle
of parity of authority and responsibility
(asas keseimbangan wewenang dan tanggung jawab)
Menurut asas
ini, hendaknya wewenang dan tanggung jawab harus seimbang. Wewenang yang
didelegasikan dengan tanggung jawab yang timbul karenanya harus sama besarnya,
hendaknya wewenang yang didelegasikan tidak meminta pertanggung jawaban yang
lebih besar dari wewenang itu sendiri atau sebaliknya.
7.
Princile
of responsibility (asas tanggung
jawab)
Menurut asas
ini, hendaknya pertanggung jawaban dari bawahan terhadap atasan harus sesuai
dengan garis wewenang (line authority) dan pelimpahan wewenang.
Seseorang hanya bertanggung jawab kepada orang yang melimpahkan wewenang
tersebut.
8.
Principle
of of departmentation (principle of devision of work = asas pembagian kerja)
Menurut asas
ini, pengelompokan tugas-tugas, pekerjaan-pekerjaan, atau kegiatan-kegiatan
yang sama kedalam satu unit kerja (departemen) hendaknya didasarkan atas
eratnya hubungan pekerjaan tersebut.
9.
Principle
of personnel placement (asas
penempatan personalia)
Menurut asas
ini, hendaknya penempatan oang-orang pada setiap jabatan harus didasarkan atas
kecakapan, keahlian, dan keterampilannya (the right man, in the right job); mismanagement
penempatan harus dihindarkan. Efektivitas organisasi yang optimal memerlukan
penempatan karyawan yang tepat. Untuk itu harus dilakukan seleksi yang objektif
dan berpedoman atas job spesification dari jabatan yang akan diisinya.
10.
Principle
of scalar chain (asas jenjang
berangkai)
Menurut asas
ini, hendaknya saluran perintah atau wewenang dari atas ke bawah harus
merupakan mata rantai vertikal yang jelas dan tidak terputus-putus serta
menempuh jarak terpendek. Begitu pula sebaliknya, hal ini penting, karena dasar
organisasi yang fundamental adalah rangkaian wewenang dari atas ke bawah.
11.
Principle
of efficiency (asas
efisiensi)
Menurut asas
ini, suatau organisasi dalam mencapai tujuannya harus dapat mencapai hasil yang
optimal dengan pengorbanan yang minimal.
12.
Principle
of continuity (asas
kesinambungan)
Organisasi
harus mengusahakan cara-cara untuk menjamin kelangsungan hidupnya.
13.
Principle
of coordination (asas
koordinasi)
Asas ini
merupakan tindak lanjut dari asas-asas organisasi lainnya. Koordinasi
dimaksudkan untuk mensinkronkan dan mengintegrasikan segala tindakan, supaya
terarah kepada sasaran yang ingin dicapai.[4]
2.4 Proses
(langkah-langkah) pengorganisasian
Adapun
beberapa proses (langkah-langkah) pengorganisasian yang dapat dilakukan agar
organisasi yang disusun menjadi baik, efektif, efisien, dan sesuai dengan
kebutuhan perusahaan dalam mencapai tujuannya. Diantara langkah-langkah
tersebut diantaranya adalah sebagai berikut;
1.
Manajer
harus mengetahui tujuan organisasi yang ingin dicapai, apakah profit motive,
atau service motive.
2.
Penentuan
kegiatan-kegiatan, artinya manajer harus mengetahui, merumuskan, dan
menspesifikasikan kegiatan-kegiatan yang perlu untuk mencapai tujuan organisasi
dan menyusun daftar kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan.
3.
Pengelompokan
kegiatan-kegiatan, artinya manajer harus mengelompokan kegiatan-kegiatan ke
dalam beberapa kelompok atas dasar tujuan yang sama. Kegiatan-kegiatan yang
bersamaan dan berkaitan erat disatukan ke dalam satu departemen atau satu
bagian.
4.
Pendelegasian
wewenang, artinya manajer harus menetapkan besarnya wewenang yang akan
didelegasikan kepada setiap departemen.
5.
Rentang
kendali, artinya manajer harus menetapkan jumlah karyawan pada setiap
departemen atau bagian.
6.
Peranan
perorangan, artinya manajer harus menetapkan dengan jelas tugas-tugas setiap
individu karyawan, supaya tumpang tindih tugas dihindarkan.
7.
Tipe
organisasi, artinya manajer harus menetapkan tipe organisasi apa yang akan
dipakai, apakah line organization, line and staf organization
ataukah function organization.
8.
Struktur
(organization chart = bagan organisasi), artinya manajer harus menetapkan
struktur organisasi yang bagaimana yang akan dipergunakan, apa struktur
organisasi “segitiga vertikal, segitiga horizontal, berbentuk lingkaran,
berbentuk setengah lingkaran, berbentuk kerucut vertikal/horizontal ataukah
berbentuk oval”.[5]
2.5 Macam-Macam Organisasi
Organisasi memiliki macam apabila
dipelajari berdasarkan hal-hal sebagai berikut:
1.
Berdasarkan
Proses Pembentukannya
Apabila dipelajari berdasarkan
proses pembentukannya, maka organisasi dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:
a.
Organisasi
Formal, yaitu organisasi yang dibentuk secara sadar dan dengan tujuan-tujuan
tertentu yang disadari pula, yang diatur dengan ketentuan-ketentuan formal
dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
b.
Organisasi
Informal, yaitu organisasi yang terbentuk tanpa disadari sepenuhnya, tujuannya
juga tidak jelas, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangganya tidak ada dan
hubungan-hubungan terjalin secara pribadi saja (personal/private
relationship bukan formal relationship).
2.
Berdasarkan
Kaitan Hubungannya dengan Pemerintah
a.
Organisasi
Resmi, adalah organisasi yang dibentuk oleh (ada hubungannya) dengan pemerintah
dan atau harus terdaftar pada Lembaran Negara.
b.
Organisasi
Tidak Resmi, adalah organisasi yang tidak ada hubungannya dengan pemerintah dan
atau tidak terdaftar pada lembaran negara.
3.
Berdasarkan
Skala (Ukuran) Besar Kecilnya
a.
Organisasi
besar
b.
Organisasi
sedang (menengah)
c.
Organisasi
kecil
Tolak ukur (skala) besar-kecilnya
organisasi ini sifatnya relatif, karena ditentukan oleh banyak faktor, tetapi
besar-kecilnya organisasi perlu diketahui, karena akan mempengaruhi pilihan
manajemen yang akan diterapkan.
4.
Berdasarkan
Tujuannya
a.
Public
Organization (organisasi
sosial), yaitu organisasi yang nonprofit, tujuan utamanya untuk melayani
kepentingan umum tanpa perhitungan rugi atau laba.
b.
Business
Organization (organisasi
perusahaan), yaitu organisasi yang didirikan untuk tujuan komersial
(mendapatkan laba) dan semua tindakannya selalu bermotifkan laba (profit
motive)
5.
Berdasarkan
Organization Chart (bagan organisasinya)
a.
Berbentuk
segitiga vertikal (arrangement chart)
b.
Berbentuk
segitiga horizontal
c.
Berbentuk
kerucut vertikal/horizontal
d.
Berbentuk
lingkaran dan atau setengah lingkaran
e.
Berbentuk
bulat telur (oval)
6.
Berdasarkan
Tipe-Tipe/Bentuknya
a.
Organisasi
Lini (line organization)
b.
Organisasi
Lini dan Staf (line and staff organization)
c.
Organisasi
Fungsional (functional organization)
d.
Organisasi
Lini, Staf, dan Fungsional (line, staff, and functional organization)
e.
Organisasi
Komite (committees organization)[6]
2.6 Bentuk dan Tipe Organisasi
Apabila dilihat dari hakikatnya,
organisasi dapat dilihat dalam dua bentuk arti, yaitu;
A.
Organisasi
yang Statis
Organisasi
ini merupakan organisasi atau wadah dimana administrasi atau manajemen
dijalankan atau dilaksanakan, dan ini dapat berbentuk struktur organisasi.
B.
Organisasi
yang Dinamis
Merupakan perubahan atau gerak yang
terjadi dalam organisasi tersebut secara
terus-menerus dengan suatu proses manajemen, di mana fungsi-fungsi manajemen
diterapkan atau dilaksanakan.
Apabila ditinjau dari sudut
pengertian organisasi dalam arti pola hubungan atau komunikasi yang terdapat di
dalamnya secara sistematis, maka organisasi tersebut dapat dibedakan pula dalam
dua bentuk, yaitu;
a)
Organisasi
dalam arti formal
Merupakan pola
hubungan yang diciptakan berdasarkan hirarki atau jenjang secara resmi yang
menghubungkan manusia yang satu dengan manusia yang lain dalam organisasi
tersebut. Hubungan ini bisa dalam bentuk vertikal (antara atasan dengan
bawahan) dan horizontal (antara sejawat)
b)
Organisasi
dalam arti informal
Merupakan pola
hubungan yang terjadi atau berlangsung antara manusia yang berada di dalam
organisasi itu disebabkan karena adanya kesamaan seperti kepentingan, perasaan,
tugas, pekerjaan dan kegemaran. Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa pola
hubungan dalam organisasi, baik secara formal maupun informal adalah merupakan
suatu sistem fisik, biologi, personal, dan sosial yang kompleks sifatnya,
tetapi mempunyai pola hubungan yang sistematis.[7]
Dalam bentuk organisasi formal pula
terdapat empat tipe organisasi, diantaranya yaitu :
1.
Organisasi
Lini atau Garis
Organisasi
ini pada umumnya bersifat sederhana dan masih kecil, dengan jumlah karyawannya
yang masih sedikit, dan pemimpinnya adalah pemilik dari organisasi ini. Adapun
hubungan antara personil di dalam organisasi seperti ini masih dapat dilakukan
secara langsung (face to face communication) sehingga struktur organisasinya
sangat sederhana.
Adapun
keuntungan dari organisasi ini yaitu :
Ø Memiliki rasa setia kawan/solidaritas yang tinggi.
Ø Pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan cepat.
Ø Disiplin kerja sangat kuat.
Ø Koordinasi mudah dijalankan.
Kelemahan
dari organisasi ini yaitu :
Ø Tujuan organisasi ini ditetapkan oleh seorang saja, akibatnya
anggota organisasi yang lain kurang memahami tujuan organisasi itu.
Ø Pimpinan cenderung menjadi otoriter.
Ø Bawahan tidak mempunyai kreativitas yang tinggi, tergantung kepada
orang lain.
Ø Karyawan sukar mengembangkan atau meningkatkan kemampuannya.
2.
Organisasi
Lini dan Staf
Dewasa
ini dalam masyarakat modern, tipe organisasi seperti inilah yang merupakan
kebalikan dari organisasi lini. Organisasi ini merupakan organisasi yang ruang
lingkup aktifitasnya sudah besar dan kompleks, jumlah orang yang bekerja di
dalamnya sudah sangat besar, sehingga hubungan yang terjadi antara atasan
dengan bawahan dan antara bagian yang satu dengan yang lain tidak dapat
dilakukan secara langsung. Manusia dalam tipe organisasi ini dikelompokkan
dalam dua kategori kelompok/bagian, yaitu manusia yang berada di lini/garis dan
manusia yang berada di staf.
Kelompok
lini merupakan mereka yang terlibat secara langsung pada pelaksanaan
tugas-tugas pokok yang bersifat operasional dari organisasi tersebut. Mereka
berada di garis komando atau hirarki untuk menerima perintah dan menjalankan
tugas serta tanggung jawabnya masing-masing. Orang yang berada dalam kelompok
staf merupakan mereka yang melaksanakan tugas penunjang, yang membantu tugas
pokok berupa nasihat atau saran, pemberian konsep atau disebut dengan tugas auxiliary
(untuk memberikan kepuasan, jasa/pelayanan)
Adapun
keuntungan dari organisasi ini yaitu :
Ø Terdapat pembagian tugas yang jelas di antara para anggotanya,
yaitu tugas pokok dan tugas penunjang.
Ø Spesialisasi, di sini dikembangkan sampai pada tingkat yang
maksimum.
Ø Promosi jabatan dilakukan sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan.
Ø Pengambilan keputusan berdasarkan perencanaan yang matang dapat
dilakukan.
Ø Koordinasi dapat dilakukan dengan baik.
Ø Disiplin dan moral kerja yang tinggi.
Ø Prinsip organisasi the right man on the right place, artinya
penempatan orang yang sesuai dengan kemampuan, latar belakang pendidikan, dan
pengalaman kerja.
Kelemahan
dari organisasi ini yaitu sering kali manusia-manusia yang ada di dalamnya
sukar membedakan mana yang dimaksudkan hanya sebagai nasihat dan mana yang
sudah berwujud perintah harus dikerjakan, tidak bisa tidak.
3.
Organisasi
Fungsional
Organisasi
seperti ini tidak pernah menitikberatkan pada garis tugas secara hirarki,
tetapi organisasi ini lebih banyak mendasarkan pada pelaksanaan fungsi, sifat,
dan jenis pekerjaan yang dilakukan, dimana manusia dikelompokkan pada fungsi
atas dasar keahlian yang dimilikinya. Organisasi fungsional seperti ini sudah
sangat jarang ditemukan apabila menerapkan secara penuh prinsip-prinsip
fungsional, tetapi tetap memiliki keuntungan dan kelemahan pula.
Adapun
keuntungan dari organisasi ini yaitu :
Ø Kerja sama yang tinggi di dalam kelompok, karena sama-sama ahli di
bidangnya.
Ø Spesialisasi di antara para anggota organisasi dimanfaatkan secara
optimal (maksimal).
Kelemahan
dari organisasi ini yaitu :
Ø Tour of duty (pengalihan tugas) sangat sukar dilakukan.
Ø Terjadi penggunaan biaya yang sangat besar, karena pekerjaan
didasarkan pada fungsi kelompok dari orang-orang yang ahli di bidangnya.
Ø Terjadinya pementingan diri sendiri yang sangat kuat pada
masing-masing bidang keahlian.
Tipe
organisasi fungsional ini sering dijumpai di organisasi olahraga, ilmu
pengetahuan, teknik dan lain-lainnya.
4.
Organisasi
Dewan/Panitia
Organisasi
ini bukanlah merupakan panitia kegiatan, melainkan merupakan suatu organisasi
yang melakukan pembagian tugas dan pekerjaan dalam bentuk seperti suatu
kepanitiaan, adanya pimpinan dan pelaksana. Para pemimpin disebut sebagai Dewan
(board) dan para pelaksana disebut sebagai Satuan Pelaksana. Ciri dari
organisasi ini yaitu tugas kepemimpinan dilakukan secara bersama-sama (kolektif),
para pimpinan mempunyai hak dan kewajiban yang sama, dan para pelaksana dibagi
dalam satuan pelaksana (seksi).
Adapun
keuntungan dari organisasi ini yaitu :
Ø Keputusan yang diambil biasanya tepat, karena dilakukan secara
bersama-sama.
Ø Pengambilan keputusan secara sewenang-wenang dapat dihindari.
Ø Hubungan kolegalitas (rekan) sangat dekat.
Kelemahan
dari organisasi ini yaitu :
Ø Pengambilan keputusan menjadi lama karena harus dilakukan
bersama-sama.
Ø Apabila terjadi kemacetan atau kesalahan dalam pelaksanaan
kegiatan, maka tidak ada yamg dapat disalahkan karena dilakukan bersama-sama.
Ø Daya kreasi individu kurang dapat dikembangkan, sulit bagi
seseorang untuk menonjol karena asas kebersamaan tadi.[8]
2.7 Tujuan dan Manfaat Organisasi
Manusia perlu berorganisasi dengan
tujuan dan manfaat, diantaranya yaitu untuk:
1.
Mengatasi
terbatasnya kemampuan, kemauan, dan sumber daya yang dimilikinya dalam mencapai
tujuannya.
2.
Mencapai
tujuan secara lebih efektif dan efisien, karena dikerjakan secara bersama-sama.
3.
Wadah
dalam memanfaatkan sumber daya dan teknologi bersama-sama.
4.
Wadah
mengembangkan potensi dan spesialisasi yang dimiliki seseorang (motif
berprestasi).
5.
Wadah
mendapatkan jabatan dan pembagian kerja.
6.
Wadah
mengelola lingkungan bersama-sama.
7.
Wadah
mencari keuntungan bersama-sama (motif uang).
8.
Wadah
menggunakan kekuasaan dan pengawasan (motif kekuasaan).
9.
Wadah
mendapatkan penghargaan (motif penghargaan).
10.
Wadah
memenuhi kebutuhan manusia yang semakin banyak dan kompleks.
11.
Wadah
menambah pergaulan.
12.
Wadah
memanfaatkan waktu luang.[9]
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manusia adalah makhluk organisasi.
Dan organisasi itu tidak dapat terpisahkan dengan kehidupan dan penghidupan
manusia. Setiap hari manusia senantiasa berhubungan dengan organisasinya
walaupun tanpa disadari, entah itu yang sifatnya formal maupun informal.
Di dalam suatu organisasi
diharuskan adanya unsur-unsur organisasi, sehingga dapatlah dikatakan sebagai
sebuah organisasi. Dan unsur-unsur itu pula mendukung dalam berhasil atau
tidaknya suatu organisasi. Dalam organisasi pula dikenal dengan adanya berbagai
asas-asas atau prinsip organisasi. Asas-asas tersebut mengatur bagaimana
mewujudkan organisasi yang baik, efektif, efisien serta sesuai dengan kebutuhan
dengan cara yang selektif.
Selain menggunakan asas-asas
organisasi untuk dapat mewujudkan organisasi yang baik, efektif, efisien serta
sesuai dengan kebutuhan, dalam berorganisasi pula harus menggunakan proses dan
langkah-langkah yang tepat dan efektif. Organisasi pula memiliki macam, bentuk
dan tipe yang berbeda-beda dalam pengertian, proses dan sistem organisasi yang
dipergunakan.
3.1 Saran
Untuk menghasilkan dan menjalankan
suatu organisasi yang sesuai dengan kebutuhan serta efektif dan efisien, maka
hendaklah para pemimpin serta anggota organisasi mengetahui serta menjalankan
asas-asas dalam berorganisasi serta langkah-langkahnya yang efektif. Selain
itu, semua orang yang terlibat dalam organisasi tersebut harus mengetahui apa
saja visi dan misi organisasi tersebut dan mengetahui jenis organisasi apa yang
mereka jalankan. Dan dalam berorganisasi juga harus ada komunikasi yang selalu
berjalan dengan lancar, jangan sampai terjadinya diskomunikasi dalam organisasi
tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar